,

Iklan

Wali Kota Lhokseumawe Galakkan Penggunaan Bahasa Aceh: “Jangan Biarkan Punah!”

Said Aqil
14 Mei 2025, 13:45 WIB Last Updated 2025-05-14T06:45:41Z

 Walikota Lhokseumawe Dr Sayuti Abubakar, SH, MH Saat Menyampaikan Beberapa Program Untuk Kota Lhokseumawe Kedepan Saat Acara coffee morning bersama puluhan wartawan di Aula Pemko Lhokseumawe, Rabu, 14 Mei 2025.


LHOKSEUMAWE -Di tengah hiruk-pikuk Kota Lhokseumawe, bahasa Aceh semakin redup dan tidak sekuat dahulu di kota. Dimana bahasa daerah adalah identitas masyarakat. Di Aceh, bahasa Aceh merupakan kekayaan budaya yang khas dan berharga. Namun, di tengah arus modernisasi, ada kekhawatiran akan punahnya bahasa tersebut.


Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, mengingatkan masyarakat akan pentingnya melestarikan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Pesan ini disampaikannya saat acara coffee morning bersama puluhan wartawan di Aula Pemko Lhokseumawe, Rabu, 14 Mei 2025.


Acara yang berlangsung hangat dan penuh keakraban itu menjadi momen bagi Sayuti untuk menekankan pentingnya berkomunikasi dengan bahasa Aceh, terutama dalam interaksi sehari-hari. Menurut Sayuti, saat ini semakin jarang terdengar orang berbicara dalam bahasa Aceh. “Jangan biarkan bahasa Aceh punah,” tegas Sayuti.


Sayuti menyampaikan keprihatinannya melihat generasi muda lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Hal ini dikhawatirkan dapat mengikis kemampuan berbahasa Aceh dan menyebabkan bahasa warisan nenek moyang perlahan punah.


“Kita khawatir bahasa warisan indatu kita ini lama-lama hilang. Jadi, sebagai pemimpin di Kota Lhokseumawe, saya merasa bertanggung jawab untuk menggalakkan kembali penggunaan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Sayuti dengan nada serius namun penuh harap.


Pada kesempatan yang sama, Sayuti juga menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan medis. Ia menyerahkan biaya pendamping pasien kepada keluarga Muhammad Alfatih, seorang balita berusia dua tahun asal Gampong Pusong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, yang didiagnosa bocor jantung dan harus dirujuk ke Jakarta.


Program pemberian biaya pendampingan ini merupakan kebijakan Pemko Lhokseumawe untuk membantu keluarga pasien yang menjalani perawatan di luar daerah. “Kami ingin meringankan beban keluarga yang harus mendampingi pasien ke rumah sakit di luar kota,” jelas Sayuti.


Menghidupkan Diskusi Hangat


Suasana coffee morning semakin hidup dengan sesi tanya jawab yang melibatkan para wartawan. Berbagai pertanyaan dan saran muncul dalam diskusi yang dibagi dalam tiga sesi, di mana setiap sesi memberikan kesempatan kepada tiga wartawan untuk bertanya. Sayuti dengan sabar menanggapi setiap masukan, mencerminkan keterbukaannya terhadap kritik dan ide dari media.


Di tengah upaya menjaga warisan budaya melalui bahasa, Wali Kota Sayuti juga terus mendorong pembangunan kota yang lebih baik.


Dengan komitmen menjaga bahasa Aceh dan kepedulian terhadap masyarakat, ia berharap Lhokseumawe tetap mempertahankan identitas lokalnya sambil terus berkembang di tengah modernisasi.(*)

Iklan