![]() |
Foto: Pasukan Militer Iran.(doc.int). |
JAKARTA – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas. Iran secara terbuka menantang Amerika Serikat (AS) dan memperingatkan dunia internasional tentang potensi meletusnya Perang Dunia III jika eskalasi konflik terus berlanjut.
Dikutip dari Miami Herald dan Financial Times, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mendesak Washington untuk memilih antara kembali ke jalur diplomasi atau menghadapi risiko konflik yang lebih besar. Dalam opini tajamnya, Araghchi mempertanyakan arah kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
“Akankah AS akhirnya memilih diplomasi? Atau tetap terjebak dalam perang pihak lain?” tulis Araghchi dalam Financial Times.
Ketegangan ini memuncak setelah serangan udara Israel pada 13 Juni yang menargetkan infrastruktur nuklir Iran. Serangan yang disebut Israel sebagai langkah "pendahuluan terhadap ancaman eksistensial" itu memicu perang selama 12 hari antara Iran dan Israel, yang kemudian melibatkan keterlibatan langsung militer AS.
Araghchi menuding Israel telah menyabotase kemajuan diplomatik antara Teheran dan Washington. Menurutnya, lima pertemuan intensif antara dirinya dan utusan khusus AS Steve Witkoff telah menghasilkan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan empat tahun negosiasi di era Presiden Joe Biden.
“Kemajuan yang dicapai bukan disabotase oleh Iran, tetapi oleh sekutu AS yang nyata,” ujarnya, merujuk pada Israel.
Meski begitu, Iran tetap menegaskan komitmennya terhadap pengembangan nuklir damai di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Araghchi juga membantah tuduhan Israel bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir, dengan menegaskan bahwa negaranya tetap menjadi penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
Di sisi lain, Araghchi mempertanyakan ketulusan Washington dalam melanjutkan jalur diplomasi.
“Setelah menyetujui negosiasi baru dengan itikad baik, kami justru diserang oleh dua negara bersenjata nuklir. Jika ingin menyelesaikan ini secara damai, AS harus menunjukkan komitmen yang tulus terhadap kesepakatan yang adil,” tegasnya.
Sementara itu, upaya diplomasi regional terus dilakukan. Araghchi dilaporkan bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, di Jeddah pada Selasa lalu. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke kerajaan tersebut sejak kunjungan Teheran ke Israel. Menurut kantor berita Saudi (SPA), pembicaraan keduanya menitikberatkan pada hubungan bilateral dan stabilitas kawasan.
Ketegangan ini menempatkan kawasan Timur Tengah di ambang krisis besar, dan sejumlah analis memperingatkan bahwa jika tidak segera diredakan, konflik bisa berkembang menjadi perang global.(*)