![]() |
Pembangunan rumah susun (rusun) di Area Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, bersumber dari APBN Tahun 2021-2022.(doc.wartapos.net). |
LHOKSEUMAWE - Pembangunan rumah susun (rusun) di Politeknik Negeri Lhokseumawe hingga kini belum diserahterimakan meskipun sudah selesai dibangun sejak dua tahun lalu. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran di kalangan mahasiswa dan pihak kampus yang sangat membutuhkan fasilitas tersebut.
Proyek multiyears pembangunan rumah susun (rusun) di Area Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, bersumber dari APBN Tahun 2021-2022 dan dikerjakan oleh PT Sumber Alam Sejahtera dengan nilai kontrak Rp 14 miliar serta pengawasan oleh PT Bumi Toran Kencana senilai Rp 1 miliar. Namun, hingga pertengahan 2024, gedung tersebut masih terbengkalai dan belum digunakan sesuai peruntukannya.
Rusun yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa ini seharusnya sudah bisa digunakan sejak rampungnya pembangunan pada akhir 2022. Namun, hingga kini, proses serah terima dari pihak kontraktor kepada Politeknik Negeri Lhokseumawe belum juga dilakukan. Beberapa mahasiswa yang ditemui menyatakan kekecewaan mereka karena fasilitas ini sangat dinantikan untuk mendukung kegiatan belajar mereka.
Informasi yang diterima menyebutkan bahwa pekerjaan kontraktor pelaksana dilakukan oleh peminjam perusahaan yang berkedudukan di Jakarta, dan peminjam perusahaan tersebut adalah kerabat dekat Kepala Balai.
Bahkan, berdasarkan informasi yang disampaikan oleh sumber terpercaya, proyek tersebut diduga tidak memenuhi spesifikasi kekuatan beton untuk pondasi tiang pancang. Banyak tiang pancang patah dan beton tiang pancang meledak saat pemasangan.
Menurut informasi dari sumber terpercaya, proses serah terima terkendala oleh beberapa masalah administrasi dan teknis yang belum terselesaikan.
Bahkan proyek tersebut diduga tidak memenuhi beberapa bagian pekerjaan struktur sesuai dengan spesifikasi kekuatan beton. Ada upaya dari pihak kantor Balai Satuan Pekerjaan Banda Aceh untuk melakukan serah terima kepada pihak kampus, namun pihak kampus menolak penyerahan bangunan rusun tersebut karena adanya masalah pada gedung tersebut.
"Namun hingga kini belum ada proses dan tindakan yang diambil oleh pihak berwenang, meskipun pembangunan gedung itu telah menghabiskan puluhan miliar uang negara," ungkap sumber media ini yang berstatus kontraktor dengan penuh kecewa.
Disebutkan bahwa terdapat beberapa masalah struktural pada gedung tersebut, mulai dari retakan di dinding hingga kebocoran di atap. Oleh karena itu, pihak kampus menolak untuk dilakukan serah terima.
Hasil penelusuran media pada Kamis, 4 Juli 2024, ke lokasi pembangunan rusun Politeknik Negeri Lhokseumawe menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Cat pada bagian dinding gedung rusun sudah mulai pudar, dan pada celah-celah lantai satu dan lantai dua sudah mulai ditumbuhi rumput.
Di area sekitar gedung, masih banyak berserakan kayu bekas pekerjaan bangunan proyek. Bahkan, ada tumpukan kayu balok bekas perbaikan yang belum dibongkar di teras lantai tiga.
![]() |
Lantai Tingkat II rumah susun (rusun) di Politeknik Negeri Lhokseumawe, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, bersumber dari APBN Tahun 2021-2022 sudah ditumbuhi rumput. |
Kepala Balai Satker Aceh, T. Faisal Riza, belum memberikan konfirmasi terkait hal ini meskipun telah beberapa kali dihubungi. Upaya konfirmasi melalui panggilan telepon di waktu yang berbeda juga belum mendapatkan respons. Pesan singkat yang dikirim melalui messenger juga belum mendapat balasan.
![]() |
Papan Nama Proyek Rumah susun (rusun) di Area Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, bersumber dari APBN Tahun 2021. |
Bagian Humas Politeknik Negeri Lhokseumawe, Muhammad Hatta, membenarkan bahwa bangunan rusun tersebut belum diserahterimakan kepada pihak kampus sejak selesai dibangun dua tahun lalu.
"Memang benar, setahu saya, bangunan rusun PNL itu belum dilakukan serah terima kepada pihak kampus sejak selesai dibangun pada tahun 2022 karena hingga sekarang pihak Satker belum serah terima," jawab Hatta melalui telepon.
Hatta juga menjelaskan bahwa pihak satker pernah melakukan upaya serah terima dengan kampus dengan mengutus tim penilaian dari Universitas Syiah Kuala sebelum dilakukan serah terima.
Namun, dari hasil penilaian, bangunan gedung tersebut belum layak untuk diserahterimakan karena ada beberapa bagian yang harus diperbaiki terlebih dahulu.
"Karena ada beberapa bagian yang harus diperbaiki pada bangunan tersebut sebelum diserahterimakan, maka bangunan itu baru bisa diserahkan kepada pihak kampus setelah pembangunan sempurna dan tuntas seratus persen," terang Hatta.
Ditanyakan soal kebutuhan pemanfaatan bangunan tersebut, Hatta mengaku pihak kampus sangat membutuhkan bangunan tersebut karena pendidikan di PNL Vokasi sangat disiplin. Di politeknik, perkuliahan sangat disiplin, sehingga para mahasiswa akan lebih disiplin jika jarak jangkauan mereka lebih dekat.
"Jika jarak tempuh sekitar seratus meter atau dua ratus meter, anak-anak lebih cepat sampai. Selain itu, biaya tempat tinggal di asrama sangat murah," ujar Hatta.
Hatta melanjutkan bahwa pihaknya sangat berharap bangunan gedung tersebut segera diserahterimakan. "Jika sudah diserahterimakan, tentu kita akan sangat senang dan bangunan tersebut bisa bermanfaat dan berfungsi bagi para mahasiswa yang tinggal di luar kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.
"Ketimbang mereka tinggal di luar, lebih mudah tinggal di dalam asrama karena lebih nyaman dan tempatnya lebih murah," pinta Hatta.
Mahasiswa berharap agar pihak terkait dapat segera menyelesaikan masalah ini sehingga mereka dapat menikmati fasilitas rusun yang telah dibangun dengan biaya yang tidak sedikit. "Kami berharap pihak kampus dan kontraktor bisa menemukan solusi terbaik agar rusun ini bisa segera ditempati," ujar salah satu mahasiswa.
Kasus ini juga menarik perhatian masyarakat sekitar yang menantikan kepastian dan solusi dari permasalahan yang berlarut-larut ini. Dengan segera diserahterimakannya rusun tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan mahasiswa dan mendukung proses pendidikan di Politeknik Negeri Lhokseumawe.
"Gedung sebesar itu kalau tidak digunakan sangat disayangkan. Kami berharap segera ada penyelesaian agar bisa dimanfaatkan," kata seorang warga.
Dengan adanya masalah ini, diharapkan pihak berwenang segera mengambil tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki gedung rusun tersebut agar bisa segera difungsikan. Mahasiswa dan masyarakat berharap agar fasilitas ini dapat segera digunakan untuk mendukung kegiatan akademik di Politeknik Negeri Lhokseumawe.(*)